Kisah 2 Sahabat SMP
Ide cerita ini aku dapat dari pemikiranku sendiri ..
Dimana seorang gadis smp berjuang demi sekolahnya ..
Dia bernama Jihan , gadis smp miskin yang cantik dan rajin belajar. Namun sayang kerajinannya itu tidak membuahkan nilai rapot yang memuaskan. Pernah suatu hari, ia menggelisahkan kehidupannya. Tentang ekonomi orangtuanya, sehingga dia tidak dapat membeli perlatan sekolah yang baru dan lengkap. Tasnya saja sudah robek karena tidak dapat membawa beban banyak, kotak pensilnya sudah kusam penuh coretan, bolpen dan pensilnya juga sudah tidak bisa dipakai. Apa daya dia hanya bisa meratapinya. Ratapannya dilihat oleh teman sebangkunya, Rifka. Dia adalah anak pandai, kaya, dan rajin.
Rifka menghampirinya. Dia tanyakan keadaan Jihan. Dia perdalami masalah yang di alami Jihan. Kemudian Jihan mulai bercerita ditemani air matanya yang tak henti menggucur dari mata bulatnya dan membasahi pipi dengan lesungnya. Rifka yang mendengar cerita kehidupan Jihan merasa dia telah dijadikan buku diary Jihan. Sgala penyesalan, kesedihan, keberuntungan oleh Jihan diceritakan pada Rifka. Dia menjadi turut prihatin pula atas jalan kehidupan Jihan. Rifka berjanji pada dirinya untuk menolong Jihan sebisa dan semampu dia.
Rifka menenangkan Jihan, yang mana saait itu Jihan masih mengeluarkan air mata dari mata indahnya. Jihan terlihat masih benar-benar menyesali yang ada. Dia sudah semampu mungkin untuk mengubah kisah hidupnya menjadi miskin dengan belajar dan mendapat prestasi. Rifka akhirnya menghiburnya dengan segala cara, Rifka anak terpandai di kelas mengajak Jihan untuk belajar bersama di rumah Rifak, yang kebetulan hanya berjarak 50m dari rumah Jihan. Tiba-tiba desahan suara Jihan yang sedang menangis pelan-pelan menghening, air mata yang tadinya membasahi pipi Jihan yang "pappy fat" kini mulai mengering, tampaknya otak Jihan menerima respon bahagia atas penjelasan Rifka.
Jihan mengiyakan tawaran Rifka. Ia segera memegang tangan dan memeluk Rifka. Jihan merasakan suasana musim semi saat memeluk Rifka. Mungkin ia mengira ini adalah jalan keluar dari terkepurukannya menjadi seorang miskin.
Saat pulang sekolah Rifka jalan dengan Jihan. Mereka menyusuri jalan dengan tatapan senyum dengan lesungnya. Jalan berbatu bukan menjadi halangan mereka untuk bercanda ria, bagaikan ombak pada sungai. Meski mereka memiliki kesibukan sendiri, halangan di depannya bukan menjadi masalahnya.
Akhirnya mereka sampai pada rumah Rifka. Sederhana tapi elegan. Diberi cat berwarna merah dan hitam dengan ditambahkan plesteran motif batu pada terasnya. Rumput liar yang terlihat rapi terkena sinar matahari menjadi berwarna hijau keemasan. Pohon mangga yang berbatang besar dengan daun yang lebar. Daun gugur di bawah pohon dijadikan rumah oleh semut kecil. Udara siang yang panas menjadi sejuk dan menambahkan suasana keharmonisan pada rumah Rifka.
Saat akan masuk rumah Rifka, Jihan masih termanga melihat rumah Rifka yang bersih. Teras yang berbatu dan tanaman hijau yang tumbuh, berbeda jauh dengan rumah Jihan. Rumah yang beralaskan tanah dan dianyam dari bambu sungai oleh almarhum kakek Jihan. Tanaman disana pun tidak sebanyak disini. Disana masih penuh dengan ulat sehingga dedaunanpun tak bulat seperti rupa aslinya. Kucing Rifka datang dan mengeong padanya yang membuat lamunan Jihan menghilang dari pikiran dan bayangan matanya.
Jihan masuk kedalam rumah Rifka. Dalamnya tidak tampak elegan. Sederhana sekali. Meja makan dari kayu. Vas bunga dengan motif sulaman bunga berwarna merah. Lukisan kuda putih dengan latar hutan lebat seperti pada cerita Unicorn pada film Harry Potter versi 1. Jihan kembali termanga, namun Rifka berhasil merobek lamunannya.
Diajaknya Jihan ke kamar Rifka dekat ruang keluarga. Pintunya bercat coklat kayu dengan gantungan gambar Avril Lavigne dipaku tepat di kusen atas pintu. Jihan memasuki kamar Rifka, kali ini ia tidak termanga karena dia sadar akan tujuan utamanya. Langsung saja Rifka membuka buku matematika begitu pula Jihan.
Mereka saling bertukar pendapat, bagaimana cara menyelesaikan salah satu soal. Setelah berdebat mereka setuju untuk menggabungkan dua cara mengalikan koefisien dengan variabel.
Selang kira-kira 2 jam. Jihan pulang ke rumahnya. Ia berpamitan dengan ibu dan ayah Rifka. Mereka adalah orangtua yang ramah. Meskipun Jihan dan orangtua Rifka baru kenal, mereka sudah seperti menganggap Jihan anak mereka sendiri. Mereka tawarkan Jihan makanan dan minuman.
Setiap hari Rifka dan Jihan slalu bersama. Mereka seperti ibu dan anak Koala yang tidak pernah pisah sampai anak Koala itu bisa bertahan hidup sendiri. Sedangkan mereka, dimana ada Rifka pasti ada Jihan begitu pula sebaliknya. Mungkin mereka akan berpisah sampai masing-masing menemukan jati diri mereka masing-masing.
Lama-lama mereka terlihat sangat akrab. Keakraban itulah yang membuat mereka senang berpendapat dan memikirkan pendapat mana yang benar. Keakraban itu membuahkan hasil yang lumayan berbeda. Jihan jarang meratapi kehidupannya lagi. Karena dia sudah menatap pelangi dengan lebih dari 7 warna. Dan warna ke delapan dari pelangi itu adalah senyuman mereka berdua.
Pernah suatu hari Jihan duduk murung di belakang kelas. Ia duduk di batu yang berbentuk bundar seperti koin. Tanagn Jihan membawa ranting pohon. Sepertinya ia sedang mengalunkan sebuah lagu seraya menulis sesuatu pada tanah dengan pena rantingnya.
Rifka yang melihat itu langsung menghentikan jalannya yang bermaksut menghampiri Vani, kakak kelasnya. Ia bersembunyi di balik pohon dengan menatapi Jihan. Ia juga mencuri telinga dari ucapan yang dikatakan oleh mulut Jihan yang kecil dan berwarna pink.
Perlahan Rifka menangkap alunan lagu yang dilantunkan oleh Jihan. Seperti kesedihan seorang miskin yang iri terhadap sang kaya. Rifka menanggap begitu tentang lagu yang dilantunkannya. Sebenarnya Rifka kasihan melihat keadaan Jihan sekarang. Tapi apa daya. Dia tak mampu membantunya.
Hari berganti hari. Daun subur berubah menjadi daun kuning. Perlahan Jihan kini adalah saingan berat Rifka. Sahabatnya sendiri. Mereka bersaing untuk mendapatkan nilai tinggi. Meskipun mereka bersaing, keakraban dan kewajiban mereka menjadi sahabat tidaklah putus begitu saja seperti benang dan jarum. Meskipun jarum memiliki kelebihan yang unggul dari pada benang yang slalu terikat ujungnya pada jarum, jarum masih tetap bersahabat dan berusaha menyingkirkan keunggulannya itu dari persahabatan mereka, yah seperti Rifka dan Jihan.
Suatu hari Rifka menyingkirkan barang-barangnya yang tidak ia pakai. Seperti baju, aksesoris, buku dan peralatan sekolah. Dinginnya udara dari AC kamar yang diletakkan tepat di samping jendela kamar membuat otak Rifka hening sejenak. Tiba-tiba pikiran Rifka teringat Jihan, dan pikiran Rifka tersampai pada alunan lagu yang tempo hari di nyanyikan Jihan. Ia merasa seperti ada bisikan malaikat yang menyanyikan lagu itu pula.
Lalu ......
Ia pingsan begitu saja. Mama yang menyadari akan hal itu membangunkan Rifka dengan perasaan gelisah. Perlahan Rifka mendapat respon. Matanya mulai terbuka pelan-pelan. Lalu ia bangun dan berdiri secara perlahan-lahan.
Besoknya ...
Rifka duduk di tempat duduk yang biasanya ia duduki di kelasnya. Jihan yang baru saja datang saat itu, menghampirinya. Rifka langsung melihatnya dan tersenyum kemudian mengatakan "Kau harus ikut aku ke rumahku setelah pulang sekolah nanti!" seru Rifka pada Jihan. Jihan mengiyakan. Jihan tidak tahu apa yang akan Rifka lakukan padanya. Tapi dia tetap tenang saja.
Saat pulang seperti biasanya, mereka berjalan bersama. Dan seperti biasanya pula, Jihan mampir dulu ke rumah Rifka. Ketika sampai ke rumah Rifka, Jihan tidak termanga lagi karena dia sudah terbiasa melihat rumah Rifka berulang-ulang kali.
Tapi tidak seperti biasanya, Rifka tidak langsung mengeluarkan bukunya. Tetapi ia mengeluarkan kotak pink berihias pita merah polkadot, dan sekantung kresek merah. Rifka langsung berseru "Nih" katanya. Jihan terbelalak disertai ternganga lagi.
"Bagus" puji Jihan
"Untuk siapa?" tanya Jihan lagi
"Pilih saja apa yang kau mau, ini sudah tidak aku gunakan lagi, karena aku sudah tidak suka model ini semua" ujar Rifka
"Are u sure sist?"
"Of course friends"
Jihan memilih dan mencoba, baju, aksesoris dan sepatu.
"This clothes look so good" say Rifka
"Oh ya?" ask Jihan
"E'em"
"How about this soes?"
"Yeah! So cool"
"Sure! The colour is red. And i very love red"
"You can have it"
"Are you sure?"
"Why not friends?"
"Why not friends?"
"Yeah ! I get it ! Thanks so much Rifka"
"It's Ok sist"
And then .. Jihan try to use bracelet and blue glasses.
"How about this ? Do i look cool ?"
"Hem .. try to use black and red bracelet. Its all is a good color blend."
"Okay"
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Tara !! How about now?"
"Wow ! Cool ! It's Nice"
"Oh yah ?"
"Of course !"
"Can I have it ?"
"No"
"No"
"Ups .. Sorry"
"Hahaha .. I'am just kidding"
"Ohh .."
"You can have it. If you want it"
"You can have it. If you want it"
"I want it. So i can have it. Right ?"
"Right !"
"Thanks a lot friend"
Kemudian Jihan pulang dengan gembira, Rifka yang mengikutinya menatapnya dengan penuh bahagia. Sinar matahari menyinarinya bagai rumput hijau keemasan. Tapi tidak, Jihan justru terlihat seperti matahari yang bersinar seperti emas.
"May be you can know"
SPECIAL FRIEND :)
0 pendapat