TUGAS REVIEW
HISTORY OF THE SUB-ALTERN CLASSESS AND THE CONCEPT OF DEOLOGY “MEDIA AND CULTURAL STUDIES”
Mata Kuliah Cultural Studies
Dosen Pengampu : Abdul Wahid, S.I.Ikom., MA
Disusun Oleh :
Andri Kurniawan 135120201111011
Dymi Marsa L.C 165120200111024
Dhinar Adi R 165120207111016
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
I. History of Subaltern Classes
Adanya kelas penguasa yang timbul di negara bagian yang pada dasarnya adalah sebab dari sejarah negara itu sendiri. Jika dikatakan kesatuan, bentuk kesatuan mereka bersifat yuridis dianggap salah, karena pada dasarnya sebuah sistem yang diberlakukan juga memiliki kepentingan tersendiri yang bahkan belum bisa terdefinisikan diawal. Kesatuan yang berlangsung bukan seperti hubungan antara masyarakat, negara, maupun politik.
Dalam mengetahui awal mula terbentuknya kelas subaltern perlu dipelajari :
1. Bentuk objektif kelas subaltern (perkembangan dan perubahan bentuk terjadipada bidang ekonomi; difusi kuantitatif dan asal usul kelompok yang sudah ada, ideologi dan tujuan dibicarakan dalam satu waktu)
Terbentuk akibat adanya perkembangan serta perubahan pada bidang ekonomi. Difusi (bentuk penyatuan) akibat pembicaraan terhadap kelompok yang sudah ada (dan mendominasi), ideologi serta tujuan dalam satu waktu.
2. Hubungan aktif atau pasif terhadap bentuk politik yang dominan, (usaha mereka untuk mengambil klaim atasnya, dan konsekuensi terhadap usaha yang menentukan proses dari dekomposisi, renovasi atau formasi baru.
Adanya hubungan aktif maupun pasif terhadap politik negara yang mendominasi. Politik yang berusaha untuk berkuasa bahkan cenderung otoriter untuk mengambil alih kuasanya, serta politik yang berproses sehingga mencetuskan perubahan pada komposisi awal, memperbaiki, bahkan mengadakan masa reformasi terhadap negaranya.
3. Kemunculan atas kelompok dominan, untuk melestarikan persetujuan kelas subaltern dan mempertahankan kendali atas mereka
Adanya kelompok dominan sebagai penyeimbang terhadap kelas subaltern, yang mana kelompok dominan ini memiliki kendali terhadap subaltern dalam bidang bidang.
4. Bentuk yang dihasilkan oleh kelas subaltern itu sendiri, untuk menekan klaim yang terbatas dan karakter parsial (bagian dalam satu kesatuan)
Kemunculan kelas subaltern yang merasa memiliki batas terhadap kaum dominan sehingga tidak merasa menjadi salah satu bagian terhadap suatu integritas. Maka munculah karakter parsial dalam integritas tersebut.
5. Bentuk baru yang menegaskan autonomi dalam kelas subaltern, namun dalam susunan lama
6. Bentuk baru yang menegaskan dalam kesatuan otonomi (kemandirian)
Sejarah dalam kelompok subaltern sangat kompleks, karena mencakup seluruh kegiatan sebuah partai serta kelompok dominan, dan juga dampak tindakan oleh negara yang dirasa efektif.
Sejarah kemunculkan subaltern sangatlah kompleks, karena terjadi diantara perubahan maupun proses sebuah partai dalam negara. Tindakan yang dilakukan mendominasi kelas subaltern dan juga tindakan negara yang dirasa efektif bahkan dirasa kurang mencakup kelas subaltern. Namun, dalam pelaksanaannya akan ada beberapa orang dari kelas subaltern yang menyuarakan tindakannya sebagai bentuk hegemoni melalui mediasi partai.
Dalam kelas subaltern, akan ada beberapa orang yang melakukan “pelaksanaan” EXERCISE untuk melakukan hegemoni melalui mediasi partai.
Kriteria metodhology harus didasari dengan :
Supremasi dalam manifest kelompok sosial itu sendiri dengan 2 cara, sebagai “dominan” maupun sebagai “intelektual dan kepemimpinan moral”.
Kelompok sosial mendominasi kelompok antagonis, yang cenderung “melikuidasi” atau bahkan untuk menundukkan dengan angkatan bersenjata, yang mengarah pada kelompok kerabat dan sekutu.
Kelompok sosial dapat (bahkan harus) bisa melatih “kepemimpinan” sebelum memenangkan kekuatan pemerintah (salah satu prinsip dalam memenangkan bbrp kekuatan), yang selanjutnya menjadi dominan saat powernya menguat
Metodologi dalam subjek kelas subaltern harus didasari dengan:
- Kekuasaan dalam kelompok sosial itu terbagi menjadi 2, yaitu “kekuasaan yang mendominasi” dan “kekuasaan intelektual serta kepemimpinan moral”
- Dominasi cenderung bersifat antagonis, karena sifatnya yang melikuidasi bahkan dapat menundukkan angkatan bersenjata (dalam hal politik yang mendominasi), yang kemudian mengarah pada kelompk kerabat atau sekutu.
- Intelektual dan kepemimpinan moral yang memang harus memiliki jiwa pemimpin sebelum dipimpin oleh pemerintah itu sendiri (sebuah prinsip dalam suatu kondisi untuk memenangkan kekuatan), yang kemudian menjadi dominan saat menjalankan gerakan “kekuatan”.
II. The Concept of “Ideology”
Ideologi adalah sebuah aspek dari sensasionalisme atau aspek yang menggemparkan bagi orang-orang Perancis pada abad ke 18 material. Mempunyai makna asli berupa “ilmu ide” atau “Ide gagasan”. Lalu Ilmu ide tersebut mulai dianalisis sejak metode analisis telah dikenali dan diterapkan. Analisis dilakukan dengan menyelidiki asal usul ideologi. Jika diuraikan, terdapat kata ide, dimana ide sendiri mucul ketika terdapat gejolak-gejolak ingin menyuarakan apa yang ada dalam diri seseorang.
Bagaimana konsep Ideologi beralih dari makna "ilmu ide" dan "analisis asal usul ide” untuk memberikan arti spesifik dari “sistem gagasan” yang perlu diperiksa secara historis. De Man bahkan lebih penasaran - atau jika tidak ada pembenaran "praktis" antusiasme mereka. Orang harus memeriksa cara penulis Popular Manual [Bukharin] untuk tetap terjebak dalam Ideologi; sedangkan falsafah praksis mewakili kemajuan yang berbeda dan secara historis justru bertentangan dengan Ideologi.
Ideologi milik Marxis teah diasumsikan memiliki filosofi implisit yang mengandung nilai negatif dan tidak termasuk kemungkinan penilaian tersebut juga hinggap kepada pendirinya, maka asal-usul ide harus dicari dalam sebuah sensasi. Oleh karena itu, “ideologi” itu sendiri harus dianalisis asal usulnya dalam hal filsafat praksis sebagai suprastruktur(lembaga negara).
Terdapat elemen yang kemungkinan bisa terganggu ketika menilai nilai ideologi, karena faktanya nama ideologi diperuntukkan untuk suprastruktur(lembaga negara) dari sebuah struktur dan keadaan yang sewenang-wenang setiap individu tertentu.
Perasaan buruk sebuah kata menyebar, efek analisis teori analisis dari konsep idelogi telah dimodifikasi dan di daur ulang. Proses mengarahkan masalah ini dapat dengan mudah direkonstruksi:
1. Ideologi diidentifikasi berbeda dari struktur, hal ini telah menjelaskan bahwa bukan ideologi yang merubah struktur, tapi sebaliknya, strukturlah yang merubah ideologi.
2. Deitegaskan bahwa pemberian solusi politik adalah ideologis, itupun tidak cukup untuk merubah struktur, meskipun telah ditegaskan bahwa itu tidak berguna dan lain-lain.
3. Satu kemudian lolos ke pernyataan bahwa setiap ideologi adalah "murni" penampilan, tidak berguna, dan lain-lain.
Maka seseorang harus membedakan asal usul ideologi asli yang diperlukan untuk lembaga negara dan ideologi yang sewenang-wenang untuk kepentingan individu. Karena, ideologi asli diperuntukkan untuk lembaga negara, mereka dapat mengatur massa manusia, menggerakkan dan menyadarkan posisi perjuangan mereka, sedangkan ideologi untuk mereka yang sewenang-wenang hanya dapat menciptakan pergerakan individu yang kurang benar dan tidak berguna.
Marx pernah menegaskan bahwa kepercayaan populer seringkali memilki energi yang sama sebagai kekuatan meterial atau sejenisnya. Hal tersebut memperkuat konsep sejarah dimana kekuatan material adalah isi dan ideologi adalah bentuknya.
III. Cultural Themes: Ideological Material
Sebuah studi tentang bagaimana struktur ideologis kelas dominan sebenernya terorganisir, yaitu organisasi materi yang bertujuan untuk mempertahankan, membela dan mengembangkan teoritis dan ideology. Bagian yang paling menonjol dan dinamis adalah pers (rumah penerbitan, surat kabar politik, terbitan berkala, ilmiah, sastra, filologi, popular, dll. Jika studi semacam ini dilakukan dalam skala nasional, ini akan sangat berguna bagi pers. Oleh karena itu, seorang editor berita sebuah surat kabar harus memiliki peneletian ini sebagai garis besar untuk pekerjaannya.
Pers adalah bagian yang paling dinamis dari struktur ideologis ini, segala sesuatu yang mempersuasi opini public, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pers tidak mungkin menjelaskan posisi yang dipertahankan dalam masyarakat modern jika seseorang tidak menyadari upaya konstan dan sabar yang dibuatnya untuk terus mengembangkan bagian khusus dari struktur ideology material. Studi semacam itu, bila dilakukan secara serius akan menjadi sangat penting. Selain menyediakan model historis yang hidup dari struktur seperti itu, pers juga akan membiasakan seseorang untuk memprediksi kekuatan-kekuatan politik dan yang berlaku di masyarakat. Cara yang dilakukan kelas dominan untuk melawan kelas bawah adalah menyebarkan diri dari kelas dominan ke kelas yang merupakan sekutu potensial. Dan semua ini memerlukan ideology yang sangat kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
- Durham, M.G & Kellner, D.M, (Eds).(2009) Sub-altern and concept of ideology. Hongkong: TJ International