ARAB RESPONSSES TO HANAFI MUQQADIMA
ORIENTALISME
Adalah sebuah paham yang beranggapan dan berhubungan dengan informasi, budaya, bahan segala bidang dari daerah timur. Paham ini menganggap dirinya palik baik dan paling benar jika dibandingkan dengan budaya lain. Dikatakan bahwa, orientalisme sebenarnya adalah pusat. Pusat yang dimaksud adalah segala macam paham dan kebangkitan suatu bangsa, bermulanya dari orientalisme.
Dalam jurnal ini dikatakan bahwa orientalisme mempengaruhi agama di Timur, tepatnya adalah Islam. Namun, motivasi agama dalam orientalisme menghindarkan sifat murni agama yang sebenarnya. Seperti timbulnya keragu-raguan terhadap kerasulan Nabi Muhammad dan bahasa Arab yang tidak dianggap sebagai ilmu pengetahuan (hanya ebatas budaya saja.
OKSIDENTALISME
Jika dikatakan orientalisme sebagai pusat, maka oksidentalisme adalah periferi. Diibaratkan seperti sebuah lingkaran, maka oksidentalisme sebagai pinggiran luar. Artinya, paham ini sebagai batu loncatan bahwa perubahan ataupun kebangkitan bangsa dimulai dari paham oksidentalisme.
Oksidentalisme itu sendiri maksudnya adalah sebuah paham yang mengadopsi budaya barat namun dari sudut pandang non barat. Paham ini timbul akibat adanya persepsi bahwa budaya timur tidak lebih tinggi dibanding budaya barat (under-developed). Akibat dari persepsi inilah muncul pengkutuban antara barat dengan timur, dimana barat menganggap dirinya sebagai “Self” dan Timur sebagai “The Other”.
ISLAM
Sesuai dengan pembukaan atas pemahaman diatas, islam harus mengambil tegas atas tindakan yang diperoleh nya dari paham orientalisme. Perlu adanya dobrakan yang mengecam sifat murni dari islam itu sendiri, hal ini disebabkan karena paham orientalisme diadopsi pada ide kristenisasi. Padahal, islam adalah sebuah budaya yang statis, memiliki paham dan mekanismenya sendiri dan tidak dapat dicampur adukkan dengan berbagai perspektif, seperti ide orientalisme yang berasal dari kristen.
Pada masa kini, Islam terlihat makin tenggelam akibat adanya modernisasi. Ditakutkan peradaban islam tak kembali muncul jika berlarut larut dalam budaya konvensionalnya. Hanafi, sebagai ilmuan mesir berusaha mendobrak kembali kebangkitan islam dengan paham yang dianutnya.
HANAFI
Hanafi memiliki keinginan membangkitkan peradaban islam (renaisans Timur) dengan meniru pola Barat. Hanafi adalah orang oksidentalisme. Namun, pendapatnya tidak selalu dibatasi dengan asumsi dasar oksidentalisme. Hanafi tetap mempertahankan nilai-nilai murni dari Islam sebagai karakteristik sebuah bangsa. Dengan meniru pola Barat, harapanya Islam dapat kembali maju. Meniru pola Barat dalam spesifikasi adalah ilmu pengetahuannya, dimana Barat memang selalu unggul dalam penelitian dan bangsa Timur dijadikan sebagai objek penelitian.
Islam sebagai bangsa yang statis, sayangnya orientalisme beranggapan bahwa islam sebagai bangsa yang dinamis serta Barat adalah bangsa yang statis. Sesuai pertemuan minggu kemarin, Dimas Almu bertanya bahwa bukankah Barat adalah bangsa yang dinamis? Dalam konteks ini, Arab masih berpusat dan dekat dengan budaya Barat Eropa, yang memang memiliki pahamnya sendiri dengan tidak dicampuri oleh paham lain. Paham ini berupa fasisme, nazisme, rasisme dan lain sebagainya. Barat sebagai dinamis telah berpindah pusat sejak abad 20 ke Amerika, sebagai bangsa Barat yang memang selalui dinamis bahkan sebagian besar masyarakatnya belum memiliki kesatuan paham yang sama. Islam memiliki wahyu dan ada aturan-aturan didalamnya. Oleh sebab itulah, islam memang tidak bisa dipaksakan dalam menganut paham lain.
Artinya, perspektif islam berbicara bahwa semuanya sudah ada yang mengatur. Wahyu sudah ditulis sebelumnya untuk kemudian diberikan pada kaumnya. Inilah mengapa, Islam tidak bisa menggunakan metode historis (yang banyak diadopsi Oksidentalisme orang Barat) karena sifatnya yang parsial. Sejarah Islam, jika dijadikan beberapa potongan, akan menyebabkan hasil yang berbeda pula. Karena pada dasarnya antar peristiwa (yang nantinya akan menjadi beberapa bagian) memiliki kesinambungan dan saling berhubungan.
Arab dikatakan memiliki gerakan sentripetal, alias gerakan melingkar menuju pusat. Maksudnya adalah masyarakat arab yang berbeda-beda ini mengelilingi satu paham yang diyakininya, yaitu wahyu yang berada di pusat. Mereka meyakini bahwa wahyu adalah yang paling benar, sehingga wahyu ini berada di tempat yang tepat. Berbeda dengan barat yang bergerak sentrifugal, mereka bergerak kepinggir tanpa struktur, banyaknya hegemoni yang terus bertambah menyebabkan kesimpang siuran. Pertanyaan minggu lalu adalah Europsentrisme yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa europsentrisme adalah sebuah paham narsis tentang budaya Eropa, contohnya adalah mereka belum mau menggunakan produk yang berasal dari Timur, mereka belum mau bergaul dengan orang berkulit hitam, hal-hal seperti ini dapat ditemui dalam paham rasisme.
0 pendapat