PENGANTAR KAJIAN MEDIA [4]
Catatan 19 September 2017
Perkembangan media memiliki beragam bentuk, berawal dari media cetak newspaper, kemudian berkembang menjadi radio, film, TV. Kemudian pada era 20an TV dan koran dapat diakses melalui internet, seperti koran menjadi e-newspaper dan program televisi dapat streaming. Tak hanya itu, akhir-akhir ini games juga dapat dikatakan sebagai media yang penting untuk disorot, melihat kepentingan pembuat game tidak hanya keuntungan semata namun ada beberapa ide gagasan dan pengaruh yang ingin mereka tanamkan pada penikmat game. Maka dari itulah terdapat sebuah ungkapan “share of meaning” dimana sebuah komunikasi melalui media tidak hanya sebagai saluran perantara saja, namun didalamnya dapat terjadi berbagai bentuk tataran kejadian seperti negosiasi, publikasi maupun persuasi, pertukaran yang terjadi didalamnya tidak hanya sebatas informasi, dapat pula berupa value, ideology dan culture, pandangan inilah yang kemudian disebut paradigma ritual.
KAJIAN MEDIA
Sebuah penjelasan, mengapa kajian komunikasi massa dirubah menjadi kajian media adalah karena pemahaman dari pengertian komunikasi massa itu sendiri. Pada dasarnya, media yang sekarang ini kita temui kebanyakan berbasis internet. Padahal, komunikasi massa belum dapat menjelaskan new media dengan berbagai kecanggihan teknologinya. Cakupan komunikasi massa hanya sebatas conventional media dan new media yang belum menggunakan internet.
Telah disebutkan diatas, bahwa games menjadi salah satu media yang disorot, karena keterkaitan games itu sendiri dengan internet, bahkan lebih luas. Games mampu menjadi media hiburan bagi penggunanya, bahkan diantaranya dapat menyampaikan pesan moral yang baik di dalamnya, seperti kejahatan akan selalu kalah, dsb. Di dalam beberapa games, terdapat alur cerita yang diadopsi dalam dunia nyata. Penokohan karakter games akan menciptakan citra dan kemudian ditangkap oleh pengguna games tersebut. Seperti sebuah games pemberantas teroris yang menggambarkan teroris tersebut bersorban, maka secara tidak langsung, pembuat games berusaha menanamkan ide maupun gagasan bahwa orang bersorban dapat dicurigai sebagai teroris dalam dunia nyata. Seperti itulah transfer pemahaman antara pembuat games dengan penggunanya. Selain itu, games yang berbasis online juga memudahkan antar player untuk melakukan chat di dalamnya, munculah sebuah interaktif tinggi meliputi negosiasi, persuasi, publikasi, kemudian hegemoni (sebuah proses transfer nilai-nilai ideologi maupun budaya yang sebelumnya ditolak, kemudian diyakini orang-orang dan kemudian diadopsi).
PENTINGNYA MEMBAHAS MEDIA
Perlunya media menjadi sorotan bahan diskusi karena konten yang terdapat dalam media mampu menggerakkan massa. Sebenarnya dalam media itu sendiri memiliki kekuatan dalam praktiknya, yaitu influence, persuade, dan control. Sebuah media memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing pada jenis, bentuk, dan karakternya. Secara kasat mata, konten adalah unsur media yang dapat dilihat oleh indera, maka konten menjadi perhatian utama para audience. Ada kecenderungan oleh media dalam membuat konten. Konstruksi yang dilakukan oleh media inilah yang kemudian harus dikaji lebih mendalam.
Berdasarkan perspektif komunikator, sebuah media penting karena
1. Content Production
Sebagai pembuat konten, nilai-nilai yang ingin disampaikan kepada audiens dapat dilakukan dengan mengkonstruksi konten. Mengurangi atau menonjolkan sebuah fakta akan menjadi karakter sebuah media, sehingga dampak apa yang ingin ditimbulkan tergantung terhadap produksi konten itu sendiri
2. Memiliki Dampak / Impact of Media
Sebuah media pasti memiliki dampak melalui konten yang disampaikannya. Sebenarnya, jauh sebelum mereka memikirkan dampak yang ditimbulkan, mereka memiliki kepentingan yang harus dipenuhi. Adanya ideologi yang ingin mereka sampaikan melalui informasi yang disajikannya adalah sebuah transfer gagasan dengan cara yang harus dimaknai oleh pentingnya kajian media. Dalam hal ini, beberapa teori juga akan mengkaji bagaimana sebuah media memiliki dampak terhadap audiensnya
PEMBAHASAN TENTANG IMPACT OF MEDIA
A. AGENDA SETTING
Agenda Setting Thoery (Teori Penataan Agenda) pertama kali dikenalkan oleh M.E. Mc. Combs dan D.L. Shaw dalam“Public Opinion Quarterly”. Kedua pakar ini memberikan penekanan pada suatu peristiwa dimana media akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Teori ini menyatakan bahwa media massa menjadi pusat kebenaran dengan kekuatan media massa untuk memberikan kesadaran dan informasi ke dalam agenda yang akan diterima publik, serta mengarahkan kesadaran publik terhadap isu-isu yang selalu diagendakan oleh media massa.
B. USES & GRATIVICATION
Uses and Gratification Theory adalah salah satu teori komunikasi dimana titik-berat penelitian dilakukan pada audiens sebagai penentu pemilihan pesan dan media. Audiens dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu.
Pendekatan ini merupakan kritik dari teori jarum hipodermik, dimana audiens merupakan obejk pasif yang hanya menerima apa yang diberi media. Sebagaimana yang diketahui, bahwa kebutuhan manusia memiliki motif yang berbeda-beda.
C. CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS
adalah studi tentang teks, ujaran atau bicara, dan gambar-gambar visual untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna yang dibagikan serta berkontribusi atau mewakili struktur-struktur sosial dan ideologi.
D. CULTIVATION THEORY
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Professor George Gerbner, seorang Dekan Emiritus dari Annenberg School for Communication di Universitas Pensylvania. Asumsi mendasar dari teori kultivasi adalah terpaan media yang terus-menerus akan memberikan gambaran dan pengaruh pada persepsi pemirsanya. Teori ini percaya bahwa televisi dapat membentuk konsepsi pada audiensnya. Siaran pada televisi berlangsung secara terus menerus dan mempengaruhi individu dalam realita sosial. Teori ini lebih berlaku pada penonton berat, yang menganggap bahwa realita sosial benar benar terjadi adanya seperti yang ditontonnya melalui televisi. Dapat disimpulkan dalam sebuah konsep bahwa “apa yang mereka lihat di televisi” adalah “apa yang mereka yakini juga terjadi pada kehidupan sehari-hari” Gerbner menyebutnya sebagai efek "mainstreaming" atau efek yang tendensius. Mainstreaming dalam teori kultivasi terjadi pada pecandu berat televisi (menonton lebih dari 4 jam sehari) yang mana simbol-simbol televisi telah memonopoli dan mendominasi sumber informasi dan gagasan tentang dunia.
E. FRAMING THEORY
Berawal dari pemikiran Erving Goffman tentang perspektif individu yang diungkapkan melalui pendapat dengan latar belakang, keyakinan, pengalaman, dan pengetahuan yang berbeda. Maka, akan berbeda pula pendapat yang disampaikan, begitupula dengan media.
Bagaimana media menginformasikan berita dengan mengarahkan khalayak memahami opini media itu sendiri terhadap peristiwa tertentu. Sehingga terkadang, sebuah peristiwa dapat memunculkan berbagai berita dengan sudut pandang berbeda. Media akan mengurangi, mem-blur kan, menonjolkan fakta sesuai dengan kebutuhan perspektif opini media itu sendiri.
Sisi audiens juga mempengaruhi impact of media seperti perubahan perilaku masyarakat dalam konsumsi media, belanja, gaya hidup. Maka dengan perubahan perilaku itu, masyarakat banyak menggunakan gadget. Banyak bermunculan trending dalam sebuah media akibat munculnya budaya populer, namun sayangnya, media mempopulerkan budaya rendah yang bersifat masif. Budaya ini menggandrungi budaya selera rendah.
3. Mendatangkan Profit
Media khususnya sebuah institusi atau organisasi yang bergerak dalam bidang media akan membutuhkan dana sebagai modal dalam memproduksi konten serta sebagai apresiasi terhadap profesionalitas jurnalisnya. Semakin tinggi frekuensi sebuah media diminati oleh audiens, semakin tinggi pula tingkat kemungkinan sponsor untuk mempercayakan publikasi produknya terhadap media bersangkutan. Semakin banyaknya pihak yang mendukung sebuah media, akan semakin banyak pula profit atau keuntungan yang diraup oleh institusi.
Sebagai institusi yang meraup keuntungan, ada baiknya untuk melihat peluang. Berkembangnya internet di Indonesia, menyebabkan pergeseran budaya. Semula yang membaca informasi dicetak dalam bentuk hardcopy adalah sebuah hobi, sekarang audience lebih tertarik membaca nya melalui gadget mereka. Perubahan budaya ini perlu disadari adanya sebagai bentuk penyesuaian jaman. Ada pula keuntngan yang di dapat adalah dapat mengurangi cost production berupa kertas dan distribusinya. Hal konvensional itu, kini dapat digantikan dengan menjual softcopy, selain jangkauannya luas, inovasi ini juga lebih ramah lingkungan.
ONE STEP FLOW COMMUNICATION
Adalah sebuah istilah sebagai “satu langkah” media dalam mempengaruhi audiens. Satu langkah yang dimaksud berarti tidak membutuhkan elemen lainnya sebagai penunjang untuk memenuhi tujuan. Dalam pemahaman ini, dapat digunakan teori jarum hipodermik yang mengungkapkan bahwa massa bersifat pasif, homogen dan selalu menerima informasi. Sehingga pesan-pesan yang diberikan akan selalu diterima oleh audiens.
TWO STEP FLOW COMMUNICATION
Seperti one step flow communication, hanya saja, untuk mempengaruhi audiens dibutuhkan elemen lainnya sebagai penunjang. Penunjang yang dimaksud adalah leader barulah melalui tokoh ini pengaruh yang disampaikan akan berdampak. Jadi, “dua langkah” yang disini yang pertama adalah penyampaian pesan dari media kepada leader, lalu yang kedua adalah opinion leader kepada masyarakat. Dalam tahap ini, mereka menganggap bahwa tidak semua masyarakat diterpa langsung oleh media. Media akan langsung menyasar pada leader atau seorang tokoh yang dapat membentuk opini nya sendiri. Lalu, leader tersebut akan menanggapi isu media yang kemudian akan mempengaruhi masyarakat (karena status sosial leaderi). Tentunya dalam tahap ini, media harus memilih orang yang tepat untuk diwawancarai sehingga dapat memberikan pengaruh yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
u Darmawan, A. 2015. Komunikasi massa. Dapat diakses dari http://aridarmawan95.blogspot.co.id/2015/10/ringkasan-komunikasi-massa.html pada tanggal 23 September 2017
u Rosa, L. D. 2012. Teori komunikasi: teori pembingkaian (framing theory). Dapat diakses dari http://catatankomunikasi.blogspot.co.id/2012/07/teori-komunikasi-teori-pembingkaian.html Pada tanggal 23 September 2017
0 pendapat