ARUS INFORMASI: TITIK PENTING PERUSAHAAN MENGHADAPI PEMBARUAN
Artikel Peluang dan Tantangan Komunikasi Bisnis
dalam Era Teknologi 4.0
Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Komunikasi Bisnis
Dosen Pengampu : Dr. Bambang Dwi Prasetyo,
M.Si
Disusun oleh :
Dymi Marsa
Levina Cahyarani
165120200111024
Jurusan Ilmu
komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2018
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya
2018
ARUS INFORMASI: TITIK PENTING
PERUSAHAAN MENGHADAPI PEMBARUAN
Bisnis menjadi salah satu aspek yang
cukup banyak memiliki dimensi dalam praktiknya. Baik dari segi keuangan,
manajemen, komunikasi, dan relasi adalah subsistem yang saling berkaitan
membentuk sistem lebih besar yaitu bisnis. Sesuai teori sistem milik Luhmann
dalam pendekatan autopoesisnya, maka sistem bisnis juga berlaku demikian. Jika
media menghadapi konvergensi media sebagai akibat menghadapi teknologi 3.0,
maka demikian pula terjadi pada bisnis untuk menghadapi teknologi 4.0.
Teknologi menghadapi suatu revolusi
terus menerus dengan jangka waktu yang cukup singkat. Sebagai salah satu aspek
yang universal, teknologi juga memengaruhi aspek lainnya. Sehingga revolusi ini
baiknya dianggap sebagai suatu momentum penyesuaian akibat perubahan. Tak
jarang, revolusi ini dianggap sebagai suatu simbol ketamakan manusia, hal ini
tentu berlaku pada pemikiran konvensional.
Sebagai
sistem, adaptive skill adalah suatu
keharusan agar sistem tersebut berkembang dan diterima oleh masyarakat. Bisnis baiknya mengikuti perubahan dengan
teknik adaptasi yang luar biasa karena jangka waktu yang cukup singkat.
Perusahaan mau tidak mau harus menghadapi perubahan tersebut sebagai bentuk
persaingan yang sedang terjadi. Berbagai peluang dan tantangan pun muncul
sebagai penyesuaian sistem yang lama.
Era
baru ini ditandai dengan konektivitas hampir tanpa batas. Segala informasi
dapat diunduh dan dibaca oleh banyak kalangan. Dalam bisnis, stakeholder selalu mendapatkan prioritas
untuk segala informasi terkait perusahaan. Informasi ini didapat langsung dari
perusahaan baik melalui majalah maupun annual
report. Bentuk komunikasi yang seperti ini mempermudah stakeholder dalam menentukan kebijakan dan mengubah perspektif
lamanya terkait perusahaan. Seiring berkembangnya jaman, stakeholder juga bisa mengunduh informasi selain pada majalah
maupun annual report yang didapat
dari perusahaan.
Perubahan
teknologi secara revolusioner membawa dampak cukup berliku pada perusahaan.
Bovee dan Thill (2002:390) dalam Dewi, 2007 mengambil manfaat teknologi dalam
sudut positif yakni meningkatkan aliran informasi, mempermudah komunikasi,
mengubah struktur organisasi, dan menurunkan biaya komunikasi. Sedangkan sudut
negative yang dimungkinkan terjadi yakni kelebihan informasi dan keamanan data.
Tidak semua keuntungan dan kelemahan teknologi dialami oleh perusahaan, namun
tentu setiap perusahaan pernah mengalami salah satu poin keuntunguan maupun
kelemahan teknologi dalam prosesnya.
Salah
satu poin yang menguntungkan yakni peningkatan aliran informasi. Dalam dunia
teknologi 4.0, aplikasi berbasis internet sudah dijangkau oleh masyarakat
secara umum. Tanpa memedulikan tingkat sosial, status sosial, atau kebutuhan,
konektivitas menjadi suatu hal penting bahkan menjadi kebutuhan primer
masyarakat sekarang. Terbilang sebagai masyarakat informasi, mengakhiri proses
masyarakat konvensional dan industrial, jenis satu ini memungkinkan segala
sikap dan perilaku bersumber pada informasi yang didapat. Dalam aplikasinya,
seperti kebutuhan menuju lokasi, cukup menggunakan aplikasi “maps” yang bahkan
disediakan gratis oleh salah satu industri besar dalam dunia smartphone yaitu Google Inc. Rata-rata
kebutuhan informasi didapat melalui sumber dengan konektivitas.
Tantangan
juga hadir sebagai imbas dari suatu teknologi yang belum dapat dikontrol dengan
baik. Jika benefitnya adalah aliran informasi meningkat, maka kelebihan
informasi adalah kelemahan dari teknologi sendiri. Hal ini terjadi karena
konektivitas yang bisa diakses oleh siapa saja dan perubahan masyarakat yang
tidak hanya mengonsumsi informasi seperti teori jarum hipodermik namun menjadi
masyarakat produsen informasi seperti citizen
journalism. Pola hidup seperti ini rupanya mampu memberikan dampak positif
dan negatif secara bergantian pada perusahaan. Terlebih produksi informasi dari
tiap-tiap orang tidak memiliki gatekeeper
sehingga mereka dengan bebas melontarkan pendapat masing-masing. Berbeda dengan
masa teknologi 1.0 atau 2.0 yakni media masih gentar dalam memberikan
informasi. Di dalam media masih terlibat banyak sub-sub sistem untuk
menghantarkan informasi tersebut, menjaring, dan melakukan publikasi sehingga
informasi tetap bisa dipertanggung jawabkan. Pola ‘produksi’ seperti inilah
yang akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini.
Salah
satu kebiasaan muda-mudi jaman sekarang yakni melakukan googling. Yakni kegiatan mencari informasi dengan mengetikkan kata
kunci pada salah satu search engine
bernama Google. Kebiasaan tersebut dilakukan untuk memberikan informasi,
meneguhkan dan meyakinkan informasi yang didapat sebelumnya. Misalnya saja
pencarian hotel A di Google. Didapatkan banyak informasi seperti harga, tempat booking, nama jalan, dan juga foto dari
hotel tersebut. Inilah kemudian disebut sebagai peningkatan aliran informasi
dalam keuntungan penggunaan teknologi komunikasi. Dalam bisnis, penyampaian
informasi tentang produk dan jasa kepada konsumen adalah perlu. Sehingga
teknologi mampu menjembatani perusahaan dengan calon konsumen menggunakan dunia
digital. Tanpa perlu menggunakan tempat dan waktu yang terbilang cukup
mengeluarkan biaya, dunia digital dengan konektivitas nya mampu memberikan
efisiensi terhadap bisnis dalam aspek komunikasi.
Selain
menggunakan kesempatan seperti kebiasaan calon konsumen untuk melakukan googling, perusahaan memiliki peluang
besar dalam dunia digital dan konektivitas ini. Misalnya saja perluasan pasar.
Konektivitas mampu menghubungkan banyak orang melalui web dan media sosial.
Perluasan pasar hotel A bisa dilakukan melalui web dan media sosial. Perkenalan
produk, meletakkan foto dalam galeri di web, mencamtukan promo-promo,
memberikan nomor telefon dan juga alamat hotel adalah salah satu kegiatan
komunikasi yang dilakukan untuk menggunakan peluang berbisnis dalam era
teknologi 4.0.
Lebih luas lagi adalah melalui
aplikasi-aplikasi jejaring seperti traveloka,
airy, pegi-pegi sebagai platform
yang mewadahi data hotel serta proses bookingnya.
Tentu saja aplikasi ini juga menjadi pilihan masyarakat untuk mencari hotel
mana yang cocok dengan dirinya. Dikatakan peluang karena sejujurnya masyarakat
yang ingin menginap di hotel tidak selalu hafal nama-nama hotel pada destinasi
yang akan dikunjungi, sehingga platform
seperti ini mempermudah calon konsumen. Sehingga “konektivitas” harus digunakan
dalam bisnis. Perluasan pasar mampu membuat perusahaan lebih dikenal,
memberikan positioning lebih efektif
dan mempermudah melakukan transaksi (karena sudah terkoneksi antara calon
konsumen dengan perusahaan melalui web/aplikasi).
Selain
pengenalan, teknologi 4.0 juga memberikan kemampuan feedback antara konsumen, calon konsumen, dengan perusahaan disebut
chat box atau chat online. Peluang ini mampu menjembatani perusahaan dengan
konsumen dan calon konsumennya seperti pemberian apresiasi, penerimaan keluhan
dan proses tanya-jawab terkait good and
services dari perusahaan. Selain itu, perusahaan juga bisa berkomunikasi
langsung dengan konsumen sebagai bentuk terima kasih, sebagai bentuk sales promotion seperti pemberian
promosi khusus bagi konsumen yang telah melakukan transaksi, serta menjawab
keluhan-keluhan sebagai bentuk evaluasi konsumen terhadap perusahaan. Tentu
saja evaluasi ini membantu perusahaan sebagai suatu sistem terbuka dan tertutup
disisi lain, melakukan pembenahan, dan berusaha menyesuaikan dengan kondisi sekitar.
Perusahaan juga bisa berkomunikasi langsung dengan calon konsumennya untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mereka sehingga dijadikan bahan
pertimbangan dalam melakukan tindakan. Keragu-raguan dapat dijawab oleh
perusahaan sehingga calon konsumen semakin yakin, karena adanya hubungan
‘kedekatan’ mereka (walaupun secara digital) mampu memberikan rasa percaya.
Konektivias mampu dilihat dari sudut pandang lain, pemberian review dari
konsumen memberikan peneguhan pada calon konsumen yang melihatnya. Memberikan
gambaran yang baik dan dorongan atau motivasi untuk melakukan suatu tind akan
menguntungkan bagi perusahaan.
Selain
sebagai bentuk interaksi bersama konsumen, jaringan konektivitas dapat membantu
perusahaan menjadi lebih baik. Dalam Bovee dan Thill, 1997 dituliskan beberapa
tipe informasi yang dapat dicantumkan dalam jaringan diantaranya yaitu manual
kebijakan, lowongan pekerjaan, presentasi materi yang digunakan pada investor,
catatan dan informasi perusahaan, program perusahaan, struktur perusahaan,
profil perusahaan, dan masih banyak lagi. Tentu saja informasi ini sangat
ringkas disajikan dalam website,
sehingga perwakilan perusahaan tidak perlu repot-repot menuliskan pada lembaran
brosur atau banner dan dibagikan pada
orang yang lewat. Selain memotong biaya komunikasi, jaringan konektivitas juga
memberikan wawasan secara ringkas dalam tombol thumbnail nya. Satu kali klik maka muncul beragam informasi. Kecanggihan
teknologi seperti ini wajib hukumnya bagi pengembang bisnis untuk digunakan.
Semakin
canggih teknologi bukan berarti mampu menutupi berbagai kekurangan dengan
sempurna, tentu saja masih ada celah yang dapat merugikan perusahaan. Dalam
komunikasi bisnis, kelemahan penggunaan teknologi bagi perusahaan yakni
kelebihan informasi.
“Untuk satu hal,
data dalam jumlah berlebihan membanjiri karyawan dan pelanggan seperti hujan di
Seattle yang turun terus menerus. Hal lain, orang merasa sulit membedakan
informasi yang berguna dan tidak berguna serta antara mana yang benar-benar
penting dan mana yang rutin” (Bovee dan Thill, 1997, p. 388)
Media-media
yang digunakan oleh perusahaan kian dibanjiri oleh beragam informasi. Untuk
menghindari pembahasan yang cenderung pada media, maka artikel ini akan
mengambil salah satu contoh yakni pada search
engine Google. Media ini kian digandrungi banyak orang dalam beragam minat.
Salah satu contoh yang sudah disebutkan adalah mencari informasi hotel untuk
menginap di luar kota. Telah disebutkan, tidak semua orang hafal dengan nama
dan tipe hotel yang cocok dengannya untuk kebutuhan di luar kota, sehingga
mesin pencari Google dianggap efektif dan mampu membantu orang-orang mencari
sesuatu yang dimaksud.
Ketika
berfokus pada informasi maka salah satu variabel penting dalam komunikasi
bisnis yakni pesan. Tentu saja seharusnya pesan juga membawa kebaikan dan
keburukan walaupun disampaikan dalam bentuk teknologi. Kelebihan informasi yang
disebutkan oleh Bovee dan Thill diantara yakni informasi yang berguna dan tidak
berguna. Informasi berguna telah disebutkan pada paragraph sebelumnya seperti
informasi lowongan kerja, promo, struktur perusahaan, kebijakan perusahaan dan
masih banyak lagi. Lalu bagaimana dengan informasi tidak berguna? Jika
mengetikkan satu kata kunci seperti hotel A pada Google, maka akan muncul profil
hotel tersebut dengan cukup lengkap. Inilah manfaat teknologi 4.0, mereka mampu
menyajikan informasi dengan cukup lengkap mulai dari jam buka, website, nomor
telepon, alamat, bahkan review dari
konsumen-konsumen. Pesan tidak berguna yang dimaksud terdapat pada review konsumennya. Misalkan saja, pada
suatu order konsumen mendapatkan pengalaman tidak profesional, sehingga review
yang ditulisnya pada laman google adalah sesuatu yang mampu membuat citra
positif perusahaan menjadi menurun. Sehingga
review tersebut muncul pada saat calon konsumen sedang mencari informasi
tentang hotel A. Pada hakekatnya, informasi tersebut tidak berguna karena calon
konsumen membutuhkan informasi tentang harga. Namun, informasi tersebut mampu
menahan dorongan atau motivasi calon konsumen untuk memilih membayar dan
menggunakan produk perusahaan tersebut. Tentu saja hal ini membuat rugi
perusahaan karena kehilangan kepercayaan dari calon konsumennya dan menurunkan
pasaran dari produk nya sendiri.
Komunikasi
yang dijalin dengan baik adalah penting bagi perusahaan. Tanpa adanya
komunikasi, suatu perusahaan tidak mampu menjadi sistem yang evaluatif dan
adaptif. Baik komunikasi dengan publik luar maupun publik dalam. Review yang
dimaksud diatas adalah salah satu contoh komunikasi yang dijalin tidak cukup
baik. Andai saja, review tersebut muncul dan diberikan penanganan yang cukup
efektif dari perusahaan, hal tersebut tidak akan berpengaruh buruk bagi calon
konsumen. Kelebihan informasi seperti ini jika tidak dikendalikan dengan baik
akan membuat reputasi perusahaan menjadi buruk.
Kelebihan
informasi juga dapat terjadi pada lingkungan publk dalam atau internalnya.
Seperti rumor perusahaan yang akan melakukan PHK telah diberitakan oleh media,
padahal perusahaan belum secara resmi mengeluarkan kebijakan tersebut. Anggap
saja hal ini sebagai suatu bocoran informasi yang belum diketahui kebenarannya.
Namun, informasi seperti ini dalam Bovee dan Thill, 1997 dianggap sebagai
“informasi yang benar-benar penting” berbeda dengan posisi informasi lainnya
yang dianggap rutin. Informasi penting dan rutin memiliki perbedaan cukup
mencolok. Rutin adalah informasi yang kerap diberikan layaknya sebuah ritual
dan jika dilewatkan dapat mengganggu mekanisme perusahaan. Sedangkan informasi
penting lebih mengedepankan kecepatan tanggapan dan tindakan serta bersifat
darurat.
Media
disini sebagai salah satu bentuk konkrit dari teknologi 3.0 dan berevolusi
menjadi terbuka pada teknologi 4.0. Dengan menyebarnya informasi tersebut,
keamanan data juga dianggap sebagai suatu tantangan tersendiri bagi perusahaan.
Informasi tersebut tentu menjadikan karyawan panik dan malas bekerja pada
perusahaan, karena mengetahui akhir dari pekerjaan mereka adalah dipecat. Hal
ini memengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Komunikasi sangat
penting dilakukan dalam mengendalikan situasi seperti ini. Seperti melakukan gathering karyawan atau email konfirmasi terkait
pemberitaan media bahwa informasi tersebut belum ditentukan kebenarannya. Hal
ini juga memengaruhi public internal lainnya selain karyawan, yakni investor
dan pemerintah. Investor dalam menggali informasi memiliki karakteristik cukup
dalam, terlebih ketika perusahaan harus melakukan PHK, maka menjadi pertanyaan
sendiri bagi investor, seperti apakah kondisi keuangan di dalam perusahaan?
Apakah saham yang ditanamkan mampu mendatangkan keuntungan sesuai dengan
ekspetasi yang diharapkan? Begitu pula dengan pemerintah. PHK erat kaitannya
dengan ketenagakerjaan yang juga menjadi tolak ukur angka kemiskinan dari suatu
negara. Jika warganya banyak yang tidak memiliki pekerjaan karena adanya
keputusan perusahaan, maka pemerintah akan melakukan investigasi untuk melihat
kebenaran akan informasi tersebut. Begitulah pentingnya suatu informasi bagi
perusahaan, segala sesuatu yang dibaca dan didengar selalu menjadi bahan
pertimbangan para stakeholdernya.
Teknologi
mampu merubah sikap, perilaku dan kondisi psikologis seseorang secara cepat.
Dalam bisnis, teknologi mampu merubah sudut pandang publiknya dengan cukup
cepat. Seperti bagaimana perusahaan dalam memanfaatkan teknologi telah menjadi
tolak ukur profesionalisme perusahaan tersebut di mata masyarakat. Sehingga
teknologi baiknya digunakan maksimal namun tetap efektif. Berbagai peluang
seperti kecepatan alur informasi menjadi nilai yang cukup menarik untuk
melakukan strategi pemasaran yang efektif. Namun, tantangan dari teknologi
sendiri juga harus dipikirkan dengan membuat kebijakan sebagai bentuk manajemen
risiko perusahaan. Teknologi tidak dapat diketahui kapan dan seperti apa kejadian
yang tidak diinginkan akan terjadi. Sehingga tantangan itu sendiri juga harus
diramalkan dengan memelajari dari kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi.
Itulah mengapa dikatakan bahwa bisnis atau perusahaan sendiri dianggap sebagai
sistem dalam teori Luhmann yakni autopeosis. Di dalamnya sub sistem mulai
beradaptasi satu demi satu. Dalam hal ini, subsistem yang dibahas yakni
strategi marketing dan public relationsnya. Keduanya sangat
penting dalam menjalin hubungan dan keberlangsungan perusahaan bersama stakeholders nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewi,
S. (2007). Komunikasi Bisnis.
Yogyakarta: Andi Offset
Bovee,
C dan Thill, J. (1997). Bussiness
Communication Today (6th Edition). Alexander, S. Jakarta:
Pearson Education Asia Pte. Ltd
0 pendapat